24 September 2015

09.44.00 0 Comments A+ a-

24 September 2015. Kurang lebih 4 tahun yang lalu aku sembrono untuk memutuskan sesuatu. Seperti halnya saat ini. Ke sembronoan ku itu mungkin menjadi kebahagiaan untukmu. Entahlah, sepertinya aku sudah bisa membayangkan bagaimana bahagianya kamu sekarang. Jahat atau tidak, dadaku sesak saat tahu kebahagian mu bukanlah aku. Egois memang, tapi itu yang kurasakan. Tidak ada yang berubah dariku sejak saat itu. Aku tetap anak labil yang tidak punya pendirian.
Dengan lantang ku bilang ingin pergi, tapi melihat hal yang berhubungan dengan mu sedikit saja, aku sudah menghentikan langkahku. Sesekali bahkan aku menoleh kebelakang dan berjalan sedikit ke belakang. Sikap ku memang ke kanak-kanakan. Aku sadar itu. Tapi, aku hanya frustasi. Tidak tahu lagi harus berbuat apa. Jika aku lanjutkan apa yang telah ku pertahankan selama 5 tahun sejak awal ku mengenalmu, aku akan berakhir sia-sia. Jika aku berhenti dan memulai semuanya dari awal, aku akan terus bersikap naif kepada diri sendiri.
Aku harap aku bisa kehilangan memori tentang mu. Ya. Hanya tentang mu. Aku bahkan selalu membayangkan jika saat itu kau tidak duduk di belakangku, hidupku pasti sudah berbeda. Jika saat itu ku tutup hatiku, pasti aku tidak akan merasakan frustasi ini. Selain gelap, petir, hujan di malam hari, dan hantu, yang ku takutkan adalah kehilangan dirimu. Maka dari itu, aku lebih memilih kehilangan semua ingatan tentangmu dibanding harus mengakui bahwa kamu 'memang' sudah pergi. Menggelikan memang jika ku membaca ulang tulisan ku ini dari awal. Tapi, asal kau tahu, Apalah aku ini yang hanya manusia biasa jika seorang preman sekalipun bisa menangis ketika sudah berhubungan dengan cinta dan orang yang telah memiliki harta berlimpah akan tetap terlihat menyedihkan jika sudah berkaitan dengan sakitnya cinta. Jadi, se menjijikan apapun tulisan ku ini, tetap kamu yang menjadi asal muasal kata menjijikan ini.

Panggil aja Ata. Untuk mendeskripsikan siapa diriku, mari berjabat tangan dan berteman.